Permata di Balik Bukit (Gili Sundak)

Belum terlalu familiar dengan nama Gili ini, tapi ketika Abang mengajakku kesana, tanpa fikir panjang aku iyakan saja ajakannya. Setengah satu siang, selesai lembur di kantor, aku pun segera meluncur kesana. Awalnya aku kira kami akan menuju ke arah Timur, Sambelia karena banyak gili (pulau kecil) yang belum kami datangi di daerah timur. Namun, motor Abang melaju ke arah Barat, berarti perkiraanku salah.

"Nggak mau nanya dimana tempatnya?" tanya Abang melihatku mengiyakan tanpa banyak bertanya seperti biasanya.

"Oh, iya...dimana?"

"Sekotong" jawab Abang datar dengan melajukan motor yang semakin kencang.

Kami tinggal di Lombok Timur sedangkan Sekotong ada di ujung barat pulau ini dekat dengan pelabuhan lembar. Kata orang, Sekotong adalah pantai virgin yang bagus karena masih belum terlalu ramai. Abang melajukan motornya sedikit lebih cepat dari baisanya agar kami cepat sampai disana dan mengejar waktu untuk menyeberang ke Gili Sudak. Kecepatan lebih dari 70 km dengan kondisi jalanan yang ramai membuat suasana panas makin terasa menyesakkan. Setelah kurang dari satu jam sampai di Terminal Bertais, kami berbelok ek arah kiri menuju arah pelabuhan lembar yang jaraknya ssekitar20 km.

Sebelum sampai di Pelabuhan, kami membaca petunjuk arah lalu lintas menunjuk Sekotong ke arah kiri sedangkan untuk menuju pelabuhan ke arah kanan. Jaraknya masih lumayan jauh sampai ke arah yang kami tuju. Kami boleh memilih jalan pinggir pantai atau jalan bukit yang disebut dengan Sekotong atas. Abang memilih lewati sekotong atas karena ia lebih familiar dengan jalan itu. Selain itu, untuk mmepersingkat waktu kami memilih lewat bukit.

Sampai di pertigaan menuju arah tanjung bangko-bangko dan teluk sepi, Abang mengarahakan motornya ke arah teluk sepi. Sepanjang perjalanan tak terlihat sama sekali tanda-tanda adanya pantai. Kami pun memutuskan bertanya dan ternyata memang kami salah ambil jalur. Seharusnya kami memilih arah tanjung bangko-bangko sampai ke Desa Tawun. Kami berbalik arah, untungnya tak terlalu jauh. Kami menyusuri petunjuk arah yang menunjukkan arah Tanjung Bangko-Bangko yang kalau di peta ada di ujung jalan. Mendapati pelabuhan Lembar terlihat jelas dan sebuah kapal ekspedisi berada disana, kami yakin kalau kami tak lagi salah arah. 

Lombok tak pernah kehilangan pesonanya. Dengan kesederhanaan, kampung nelayan berjajar di sepanjang jalan menuju penyeberangan Gili Sudak yang berbukit-bukit. Jalan tanah hanya kami lewati sekitar 2 km, tak seperti tempat-tempat eksotis sepi yang lain. Kami sampai di hamparan pantai penuh dengan pohon kelapa dan beberapa rumah panggung yang rusak tak berpenghuni. Tak ada keramaian, benar-benar hanya kami berdua disana. Gili Sudak telihat jelas dekat sekali dengan pantai. 

Ada beberapa gili yang lain terlihat disana, termasuk Gili Nanggu yang jaraknya paling jauh dari bibir pantai tempat kami berdiri. Ada sekelompok pengunjung di pulau kecil yang ada di dekat Gili Sudak sedang menggunakan alat snorkle, kami memilih menyebrang ke Gili Sudak. Tak ada pengunjung yang lain, kami ditemani para nelayan yang tinggal di tempat itu. Kami menikmati sunyi dan nyamannya pulau ini dengan merebahkan tubuh di bangku yang disiapkan disana. 

Tak lebih dari lima menit perjalanan menuju Gli Sudak menggunakan perahu nelayan. Menginjakkan kaki di gili berpasir putih ini, rasanya semua begitu menenangkan. Hanya ada satu tempat makan dan satu bungallow agak sedikit reot dan tak terurus. Selain itu, ada beberapa rumah nelayan yang terbuat dari anyaman bambu. Pulau yang tak terlalu besar ini terlihat masih bersih dan nyaman. Tak banyak sampah di pantai, airnya jernih dan kami berjanji akan kembali lagi kelak.
Di Gili Sudak, tempat kami menyeberang terlihat jelas dari tempat ini. 







Comments