Bertemu dengan
seorang yang terlihat sombong dan angkuh pada kesan pertama. Kami bertemu
secara tidak sengaja di Udayana. Aku yang waktu itu bertemu dengan teman yang
pernah akan mencarikan kos untukku dan si Mas ini berada di sana juga. Kami hanya
kenal sekilas dan tak pernah lagi bertemu setelah itu.
Tanpa diduga,
kami dipertemukan kembali di Kantor Cabang Selong ketika aku ada pertemuan. Melihat
wajahnya, ada bayangan yang bekelebat tentangnya.
‘kayak
pernah lihat, dimana ya?’
Ingatanku kembali
pada malam itu, malam ketika kami dikenalkan oleh Anggi.
Kuhampiri cowok
dengan hem kuning dan celana kain yang sedang duduk sambil merokok di depan
pintu depan kantor.
“Temennya
anggi ya?” tanyaku to the point.
“Iya,
temennya anggi yang ketemu malem-malem itu ya?” ternyata dia masih inget. Aku mengangguk.
“Ngapain
disini?” tanyaku.
“Nggak ada,
maen aja. Jadi sopir nih” atasannya yang berada di sampingnya Cuma senyum-senyum.
Masih kucoba
mengingat siapa namanya tapi tak berhasil juga sampai aku memutuskan untuk
masuk karena test product knowledge segera dimulai.
“Oh, ya udah
saya masuk dulu ya mas”
“Agung
namanya” kata seniornya yang seperti tahu kalau aku kehilangan ingatan tentang
namanya.
“Oh, ya mas
agung” kataku sambil menoleh tersenyum terimakasih pada seorang berumur
kira-kira lima puluhan yang ada di sampingnya.
“Oh, iya
silahkan”
Kesan cuek
dan sedikit songong. Masih nggak berubah ternyata dia ini.
Aku pun
ngeloyor kedalam mengerjakan tes yang bajkan aku nggak pernah mempersiapkan
apapun untuk semua ini. nongol, setor muka dan menyilang jawaban asal-asalan
trus pulang setelah minum sebotol teh.
Ternyata si
mas agung itu masih ada di luar, kami pun ngobrol sebentar. Dia minta no Anggi
karena lost contact dengannya dan harus mengembalikan motor yang dititipkan
anggi padanya. Setelah memberi nomor anggi yang baru, aku pun pamit dan dia
sempat menanyakan namaku. Pertemuan singkat yang kupikir hanya akan berakhir
disana, ternyata dia menghubungiku. Kami pun kembali lebih akrab dan bertemu
kembali tadi di kantor, ia mengambil uang di ATM yang ada di kantor. kami pun
ngobrol sebentar . ia menceritakan tentang ajakannya menikah pada Anggi yang
ditolak oleh Anggi meski mempunyai perasaan yang sama. Alasan penolakan yang
masih belum bisa diangal logis untuk mebuatnya menjauhi Anggi. Meski tak mau
memberitahu alasan yang detail, tapi ia masih berharap akan ada kepastian dari
Anggi yang memintanya untuk tetap bisa jadi kakak saja untuknya.
Sama seperti
seorang teman yang kukenal ketika
mengantar Kian ke Sendang Gile. Kami bertemu dan mulai akrab setelahnya,
bercerita banyak hal termasuk seseorang yang pernah diajaknya menikah. Anggi,
wanita yang sama dengan yang diceritakan teman baruku. Meski menolak dengan
tegas, tapi si pemuda masih berharap karena Anggi melarangnya menjauh hanya
karena penolakannya. Ia berharap mereka masih bisa berteman sampai kapanpun. Namun,
alasan Anggi bahwa si pemuda terlalu baik dan belum siap menikah masih belum
bisa diterima oleh pemuda Malang ini. ia masih berharap pada sosok yang juga
dicintai oleh pemuda yang baru saja menceritakan kisahnya padaku
Dua teman
baruku menyukai orang yang sama, terlalu sempit dunia. Sedikit heran aneh aja,
tapi kisah mereka cukup unik.
Comments
Post a Comment