3 hati


Bertemu dengan seorang yang terlihat sombong dan angkuh pada kesan pertama. Kami bertemu secara tidak sengaja di Udayana. Aku yang waktu itu bertemu dengan teman yang pernah akan mencarikan kos untukku dan si Mas ini berada di sana juga. Kami hanya kenal sekilas dan tak pernah lagi bertemu setelah itu.
Tanpa diduga, kami dipertemukan kembali di Kantor Cabang Selong ketika aku ada pertemuan. Melihat wajahnya, ada bayangan yang bekelebat tentangnya.
‘kayak pernah lihat, dimana ya?’
Ingatanku kembali pada malam itu, malam ketika kami dikenalkan oleh Anggi.
Kuhampiri cowok dengan hem kuning dan celana kain yang sedang duduk sambil merokok di depan pintu depan kantor.
“Temennya anggi ya?” tanyaku to the point.
“Iya, temennya anggi yang ketemu malem-malem itu ya?” ternyata dia masih inget. Aku mengangguk.
“Ngapain disini?” tanyaku.
“Nggak ada, maen aja. Jadi sopir nih” atasannya yang berada di sampingnya Cuma senyum-senyum.
Masih kucoba mengingat siapa namanya tapi tak berhasil juga sampai aku memutuskan untuk masuk karena test product knowledge segera dimulai.
“Oh, ya udah saya masuk dulu ya mas”
“Agung namanya” kata seniornya yang seperti tahu kalau aku kehilangan ingatan tentang namanya.
“Oh, ya mas agung” kataku sambil menoleh tersenyum terimakasih pada seorang berumur kira-kira lima puluhan yang ada di sampingnya.
“Oh, iya silahkan”
Kesan cuek dan sedikit songong. Masih nggak berubah ternyata dia ini.
Aku pun ngeloyor kedalam mengerjakan tes yang bajkan aku nggak pernah mempersiapkan apapun untuk semua ini. nongol, setor muka dan menyilang jawaban asal-asalan trus pulang setelah minum sebotol teh.
Ternyata si mas agung itu masih ada di luar, kami pun ngobrol sebentar. Dia minta no Anggi karena lost contact dengannya dan harus mengembalikan motor yang dititipkan anggi padanya. Setelah memberi nomor anggi yang baru, aku pun pamit dan dia sempat menanyakan namaku. Pertemuan singkat yang kupikir hanya akan berakhir disana, ternyata dia menghubungiku. Kami pun kembali lebih akrab dan bertemu kembali tadi di kantor, ia mengambil uang di ATM yang ada di kantor. kami pun ngobrol sebentar . ia menceritakan tentang ajakannya menikah pada Anggi yang ditolak oleh Anggi meski mempunyai perasaan yang sama. Alasan penolakan yang masih belum bisa diangal logis untuk mebuatnya menjauhi Anggi. Meski tak mau memberitahu alasan yang detail, tapi ia masih berharap akan ada kepastian dari Anggi yang memintanya untuk tetap bisa jadi kakak saja untuknya.
Sama seperti  seorang teman yang kukenal ketika mengantar Kian ke Sendang Gile. Kami bertemu dan mulai akrab setelahnya, bercerita banyak hal termasuk seseorang yang pernah diajaknya menikah. Anggi, wanita yang sama dengan yang diceritakan teman baruku. Meski menolak dengan tegas, tapi si pemuda masih berharap karena Anggi melarangnya menjauh hanya karena penolakannya. Ia berharap mereka masih bisa berteman sampai kapanpun. Namun, alasan Anggi bahwa si pemuda terlalu baik dan belum siap menikah masih belum bisa diterima oleh pemuda Malang ini. ia masih berharap pada sosok yang juga dicintai oleh pemuda yang baru saja menceritakan kisahnya padaku
Dua teman baruku menyukai orang yang sama, terlalu sempit dunia. Sedikit heran aneh aja, tapi kisah mereka cukup unik.  

Comments